INDONESIA dan Tibet memiliki hubungan spiritualitas dan budaya. Pada tahun 1012 Masehi, Atisha seorang biarawan Budhis dari India berkelana ke kepulauan nusantara. Setelah itu pergi ke Tibet untuk mengajarkan ajaran kuno meditasi Tong-Len yang dipelajarinya dari seorang guru nusantara bernama Dharmakirti Svarnadvipi, sebuah nama yang sangat dekat di hati Yang Mulia Dalai Lama dan masyarakat Tibet.

Guna menjalin kembali tali kebudayaan dan spiritualitas itu tokoh spiritual antaragama dari Indonesia Anand Krishna mempersembahkan patung Buddha terbuat dari batu setinggi 2,5 meter kepada Yang Mulia Tenzin Gyatso Dalai Lama ke-14, di Sarnath (Uttar Pradesh) India, belum lama ini. Patung Buddha ini dibuat dari batu yang sama untuk membangun Candi Borobudur pada abad ke-9 Masehi di Muntilan Jawa Tengah.

“Saya mewakili rakyat Indonesia memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Yang Mulia Dalai Lama ke-14 yang tak kenal lelah menemukan solusi damai berlandaskan sikap toleransi dan saling menghormati demi melindungi warisan budaya dan sejarah Tibet,” katanya, belum lama ini.
Direncanakan setelah diinagurasi langsung oleh Dalai Lama ke-14 patung Buddha tersebut akan diletakkan di Central Institue of Higher Tibetan Studies (Deemed University) Sarnath (Uttar Pradesh) India. Dengan mempersembahkan patung yang kemudian diletakkan di tanah India, Anand Krishna berharap agar rakyat Tibet, India serta Indonesia bersatu dalam cinta, damai dan harmoni.

“Persembahan patung ini juga untuk memperkuat ikatan spiritual dan budaya antara masyarakat Indonesia dan Tibet,” ucap pendiri Yayasan Anand Ashram yang bertolak ke India bersama 6 pengurus yayasan berafiliasi dengan United Nations.

Ketua Yayasan Anand Ashram Maya Safira Muchtar menambahkan saat ini di Indonesia tidak banyak orang yang tahu hubungan sejarah antara Kerajaan Sriwijaya dengan Tibet. Karena itulah kunjungan Anand Krishna kepada Dalai Lama ke-14 merupakan satu momen penting dan bersejarah guna menjalin kembali tali kebudayaan dan spiritualitas kedua bangsa. “Kedua bangsa ini merupakan bagian dari peradaban Lembah Sungai Indus yang sama. Bersama-sama kita dapat memberikan tanggapan yang bijak serta mewujudkan mimpi bersama yaitu One Earth, One Sky and One Humankind,” kata Maya Safira.         (Nik)-d

Sumber: www.kr.co.id